Panduan Lengkap Ke Gunung Slamet dari Jakarta

Jika masih ada tiket Kereta Api yang tersedia segeralah beli tanpa menunggu, karena tiket KA ke Purwokerto selalu laris manis tanjung kandis...

Mantengin situs KAI dan Traveloka, 1 bulan sebelum berangkat ke Gunung Slamet adalah usaha yang sia-sia. Paling tidak itulah pengalaman saya saat hendak nanjak ke Slamet. Tidak tertib dan tidak adanya kejelasan waktu jika menggunakan bus ke arah Jawa, membuat jadwal berantakan dan juga menguras emosi, membuatku tidak bernafsu menggunakan bus.

Apa daya, salah seorang teman membuyarkan rencana kami naik kereta. Dia yang tadinya tidak mau ikut, tiba-tiba ngasih kabar dan ngebet banget di masa-masa "injury time". Memaksa harus ikut, membuat semuanha yang sudah rapi harus disusun ulang, mulai dari pembelian tiket, peralatan camping hingga bekal di Gunung. (karena yang satu ini sebelas duabelas sama pemain sumo... sssstttt jgn bilang2 ya!)

Berhubung tiket Kereta Api sudah ludes, mau tidak mau harus naik bus. Dewi Sri begitu tulisan dalam sepenggal kertas yang dikirim via WA, kiriman seorang temen. Mirip nama perempuan dari kahyangan, saya langsung perbesar, ternyata itu nama bus yang akan kami tumpangi ke Purwokerto, di situ tertulis, B 1539, berangkat Kamis, jam 19.00 WIB.

Terminal Ciputat, merupakan awal keberangkatan bus idaman tersebut (idaman bagaimana maksud loh...). Kamis sore jam 18.00 WIB kami sudah kumpul di terminal, takut telat dan ditinggal bus, kami datang sejam sebelum jadwal keberangkatan. Rencana awal, Jumat subuh sudah tiba di terminal Purwokerto, dan pagi harinya sudah sampai di Basecamp Bambangan.

Berharap perjalanan akan indah seindah nama Dewi Sri, ternyata dugaan kami meleset. Jam 19:00 WIB, bus yang ditunggu-tunggu blom datang. Lama menunggu akhirnya tiba dan mulai jalan jam 22:10 WIB meleset lebih dari 3 jam. Berhubung karena hari itu adalah hari liburan, semua jalan macet panjang hingga pukul 6:00 WIB kita masih di pintu tol Cikarang. Singkat cerita karena bus lelet dan selalu menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan, kami baru tiba di Terminal Purwokerto pada hari Jumat, pukul 17:20 WIB.

Hari sudah sore, bus dari terminal Purwokerto ke arah Bobot Sari atau Serayu sudah tidak ada lagi, kami kemudian menyewa mobil sejenis Suzuki Elf seharga 500rb, yang katanya langsung mengantarkan ke Basecamp, ternyata ganti mobil di Bobot Sari. (Pinter nawar aja gan soalnya ada jg yg dapet 400 rebo).  Jarak tempuh dari terminal Purwokerto ke Basecamp Bambangan lumayan jauh. Berangkat dari jam 18:00 WIB tiba di Basecamp pukul 21:00, kira-kira 3 jam. Di basecamp kita istirahat sejenak dengan maksud mulai nanjak jam 10 malam.

Bersiap berangkat, rina-tiba hujan turun secara seksama (hehehe). Kami membuka keril dan mengeluarkan jas hujan. Beberapa orang dari kami tidak memiliki jas hujan, dan sudah terlihat kecapean. Lalu kami berembuk, apakah harus berangkat malam-malam disertai hujan atau menunggu besok pagi. Akhirnya kami sepakat untuk berangkat besok pagi dan memutuskan untuk istirahat tidur di Basecamp.

Bangun jam 3an dini hari, kami langsung bersiap merapikan barang bawaan. Memulai perjalanan jam 4.00 WIB, kami tiba di Pos 1 pukul 5.20 WIB, setelah melewati sedikit tanjakan dan ladang-ladang warga. Di Pos ini sudah ada warung yang berjualan macem-macem, mulai dari air mineral, gorengan, nasi uduk, hingga semangka. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam lebih, lumayan cepat karena masih seger dan tenaga masih kuat.

Dari Pos 1 ke Pos 2 butuh waktu 2 jam, di sini tanjakan sudah mulai terasa lebih tajam dan sudah banyak pepohonan. Sama seperti Pos 1, Pos 2 juga ada warung dengan jualan yang sama.

Istirahat sejenak di Pos 2, untuk minum dan sarapan. Kira-kira jam 8:00 kami kembali beranjak menuju ke Pos 3. Kurang lebih sama seperti jalanan dan tanjakan yang dari pos sebelumnya, bedanya ini terasa lebih lama. Kami tiba di Pos 3 jam 10:30, dan langsung ke Pos 5 tanpa istirahat.

Di Pos 5 kami tiba pukul 12.30. Kami istirahat untuk makan siang. Di sini merupakan tempat paling ideal untuk mendirikan tenda dan menginap, selain karena ada sumber air dan tanah datar yang luas untuk mendirikan tenda, juga masih ada warung yang menjual makanan. Saat itu ada sekira 10an tenda yang telah berdiri, puluhan orang para pendaki, dan terlihat masih ada beberapa lapak yang kosong. Namun kami tidak menginap dan tidak mendirikan tenda di sini. Kami memilih untuk menginap di Pos 7 karena lebih dekat ke Puncak, dengan alasan pagi hari setelah summit kami langsung turun ke Basecamp dan langsung pulang ke Jakarta.

Melanjutkan pendakian dari Pos 5 terasa sangat melelahkan. Di samping tenaga sudah mulai habis, dan tanjakan semakin tajam, panas matahari juga sangat menyengat kulit. Tiba di Pos 7 dengan terseok-seok, kami baru sampai pukul 4 sore. Padahal idealnya ditempuh hanya 2,5 jam. Di Pos 7 tidak afa sumber air dan hanya cukup untuk 5 tenda saja. Beruntung, lapak untuk kami masih tersisa, sebagian pandaki yang datang belakangan tidak mendapat lokasi mendirikan tenda lagi.

Tantangan terberat naik Gunung Slamet adalah Pos 7 menuju ke Puncak. Bangun harus sepagi mungkin agar pada saat summit bisa melihat sunrise sekaligus terhindar dari bau belerang yang menyengat yang dapat menggangu kesehatan. Makan biskuit dan minum teh manis merupakan sarapan wajib jika hendak summit.  Barengkat jam 4:00 tepat dengan hanya membawa sebotol aqua dan camera, kami bersiap mendaki tanjakan paling tajam di Gunung Slamet. Menuju puncak Slamet harus melewati Pos 8 dan Pos 9, namun pos-pos tersebut hanya sebatas tulisan di papan, tanpa ada shelter. Pos 7 ke Pos 8 dan Pos 9 masih melewati pepohonan kecil dan semak-semak, walaupun tanjakan semakin menjadi-jadi.

Pos 9 ke Puncak, harus ditapaki dengan sangat hati-hati. Jalur ini diselimuti awan di bagian atas, sedangkan di bagian bawah, pasir, kerikil dan batu besar yang selalu bergeser dan kadang berjatuhan jika tidak diinjak dengan benar. Jalur ini yang paling melelahkan dan menyeramkan, terbukti ada pendaki lain yang kakinya tertimpa batu yang jatuh dari atas.

Akhirnya sampai juga di Puncak kira-kira pukul 6:00, setelah berjuang selama kurang lebih 2 jam. Melepas kelelahan, menikmati sunrise, memandangi awan dan berselfi ria adalah kenikmatan tak terkira yang disuguhkan Gunung Slamet. Setelah puas menikmati puncak selama 1 jam, kami turun menuju Pos 7.

Menuruni puncak yang berpasir dan berkerikil tajam membuat sepatu gunung terasa tak bergerigi.  Pelindung agar sepatu tidak kemasukan pasir (**) sangat diperlukan. Melihat banyaknya pasir dan kerikil yang rentan menggelinding, saya sarankan jangan naik ke puncak bila lagi turun hujan.

Puncak ke Pos 7 dituruni selama 1 jam. Di Pos 7 kami minum kopi, makan indomie sembari menurunkan tenda dan memasukkan sleeping bag ke dalam keril. Meninggalkan Pos 7 dengan bawaan yang lebih ringan, kami tiba di Pos 5 hanya 1 jam. Di Pos 5 kami istirahat ngobrol-ngobrol sama pendaki lain, kemudian melanjutkan perjalanan pada pukul 10:15. Hanya istirahat kurang lebih 15 menit masing-masing Pos di Pos 3, Pos 2 dan Pos 1, kami tiba kembali di Basecamp pukul 2:55 WIB.

Dari Basecamp kami menyewa mobil angkot sejenis Suzuki AVP ke Terminal Bobot Sari seharga 35 ribu/orang. Dari Terminal Bobot Sari kami beli tiket di loket bus Sinar Jaya seharga 90 rb untuk eksekutif dengan tujuan Lebak Bulus.
________________________________________________________

Panduan singkat Naik Bus ke Gunung Slamet

  1. Lebak Bulus ke Terminal Purwokerto (90 rb, waktu tempuh gak jelas)
  2. Terminal Purwokerto ke Basecamp (nyewa mobil 400-500rb. Jika naik angkot, ke Bobot Sari 30rb, Bobot Sari - Basecamp, 20rb) jarak tempuh 2 jam
  3. Basecamp ke Pos 5 = 8 jam.
  4. Pos 5 ke Pos 7 = 2 jam 30 menit
  5. Pos 7 ke Puncak = 3 jam
  6. Puncak ke Pos 7 = 1 jam
  7. Pos 7 ke Pos 5 = 1 jam
  8. Pos 5 ke Basecamp = 5 jam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meat, Desa Indah di Pinggiran Danau Toba, Tampahan, Balige

Trio Amsisi